Di zaman edan, orang pandai belum tentu sukses dan orang bodoh belum tentu sengsara (yang penting adalah berani). Yang sukses adalah orang yang cerdik dan licik, sedangkan orang jujur meski pekerja keras hidupnya sengsara. “Jujur ajur, ala mulya” begitulah pepatah jawa dalam menggambarkan jaman edan, yang maknanya orang jujur malah bisa jadi hancur karena ditinggalkan orang-orang sekitarnya (yang tidak beres moralnya) dan sebaliknya, orang “ala” (tidak baik moralnya) malah kehidupannya bisa jadi baik, karena berani berbuat dengan menghalalkan segala cara. Di jaman edan, orang kaya makin kaya, sementara orang miskin semakin sulit untuk memperoleh kehidupan. Ingin mendapat pekerjaan apalagi jabatan harus menyuap. Maka hanya orang-orang kayalah yang akhirnya mudah mendapatkan pekerjaan dan jabatan. Sementara orang-orang miskin semakin terpinggirkan. Itulah konsekuensi logis dari sistem liberalisme dan kapitalisme. Orang kaya mengeksploitasi orang miskin.
Di jaman edan, korupsi ada dimana-mana. Korupsi justru dilakukan oleh orang yang sudah kaya. Mereka terus menerus menguras uang negara. hartanya sudah bertumpuk namun masih saja merasa kurang dan kurang. Tanpa peduli dengan penderitaan orang miskin. Keserakahan telah menutupi hati nuraninya. Empati dan kepedulian sudah luntur dari qalbunya. Di jaman edan, moral tidak dipentingkan lagi. Tidak ada persahabatan dan tidak ada kawan abadi, yang ada adalah kepentingan. Kawan bisa menjadi lawan, dan yang tadinya lawan bisa menjadi kawan asalkan menguntungkan. Syahwat dibiarkan tanpa kendali.
Di zaman edan tidak hanya korupsi yang menjadi titik perhatian masyarakat ada yang lebih mengerikan lagi dan tidak pernah di sangka-sangka, baru- baru ini terjadi pemerkosaan anak yang di lakukan oleh Ayah kandungnya sendiri “miris sekali mendengar berita tersebut”. Pelaku pemerkosaan melakukan hal yang tidak semestinya di dapatkan oleh sang anak. Selain itu juga banyaknya terjadi kasus-kasus yang di luar nalar manusia. Mulai dari prostitusi online, penjualan baraang-barang haram seperti narkoba nikoton dan lain-lain. Tidak hanya itu di zaman ini lapangan kerja yang semakin sempit.
Sebelum masuk ke dalam pembahasan, saya memiliki dua pertanyaan yang harus Anda jawab. Pertanyaan pertama, apakah hobi Anda di masa kecil? Pertanyaan kedua, apakah anak-anak zaman sekarang memiliki hobi yang sama dengan yang Anda sebutkan pada pertanyaan pertama? Pertanyaan pertama tentunya akan menghasilkan banyak jawaban. Pertanyaan kedua, berdasarkan opini saya jawabannya tentu saja tidak.
Banyak orang, termasuk saya pada awalnya, tidak menganggap perbedaan hobi anak-anak di masa kini dan masa lampau sebagai suatu permasalahan yang perlu disoroti. Saya pada awalnya menganggap hal tersebut memang sudah selayaknya terjadi karena fenomena pergeseran zaman. Namun demikian, bila hendak ditelusuri lebih lanjut ternyata tidak sesederhana itu. Seiring dengan bergesernya waktu, perkembangan teknologi juga terjadi dengan pesat. Teknologi merambah ke segala penjuru daerah, terutama di kota besar. Akses terhadap teknologi ini juga dengan mudah dapat dilakukan oleh anak-anak. Hal inilah yang menurut saya menjadi penyebab utama perubahan trend perilaku anak-anak zaman sekarang.
Bukan hal yang aneh lagi sekarang bila kita menemui anak sekolah dasar yang sudah sangat mahir menggunakan telepon pintar seperti BlackBerry, memiliki berbagai akun di jejaring sosial terutama Facebook dan Twitter, serta aktif menggunakannya bersama dengan teman-temannya. Akibatnya, hubungan antar teman lebih sering dilakukan melalui media dan tidak secara langsung. Aktivitas outdoor bermain bersama teman-teman, teman datang ke rumah, memanggil-manggil dari luar pagar untuk mengajak bermain, tentunya sudah jarang sekali ditemukan. Selain itu, permusuhan antar teman juga lebih sering terjadi akibat salah paham misalnya dalam menulis status di jejaring sosial. Permusuhan juga semakin diperkeruh dengan aksi saling balas dan meminta dukungan teman via media tersebut.
Selain itu, ketertarikan anak-anak zaman sekarang terhadap buku hampir mendekati nol. Hal ini terutama disebabkan akses internet dan informasi dari televisi yang lebih mudah serta pengemasan yang lebih menarik dan modern. Kemudahan akses ini memungkinkan mereka untuk memperoleh berbagai informasi yang terkadang belum waktunya untuk mereka peroleh. Sekali lagi, efeknya dapat dengan mudah dilihat, anak-anak perempuan yang selalu ingin berdandan seperti wanita dewasa, dengan make-up lengkap dengan pakaiannya. Tidak ada lagi ketertarikan terhadap lagu-lagu anak-anak dan hanya menyukai lagu-lagu Top 40 terbaru yang liriknya kurang baik, seperti yang disukai oleh orang dewasa. Anak-anak sudah mengetahui hal-hal orang dewasa. Anak-anak melakukan aksi bunuh diri, karena stress sekolah, putus cinta, dan sebagainya. Semua hal tersebut, saya yakin dilakukan karena adanya inspirasi dan inspirasi itu tentu saja dari berbagai sumber informasi di sekitar mereka terutama internet dan televisi.
Apakah yang terjadi dengan anak-anak zaman sekarang? Apakah yang harus kita lakukan? Haruskah anak-anak dibatasi aksesnya terhadap teknologi? Apakah orangtua zaman sekarang kurang dapat mengontrol anak-anaknya? Pihak manakah yang harus segera bertindak untuk mengubah hal ini? Nampaknya, ini akan menjadi sebuah PR besar bagi kita semua. (*)