Jakarta (ragamjatim.id) - Rusia merupakan salah satu negara pemimpin dalam teknologi nuklir, khususnya yang dimanfaatkan untuk tujuan damai.Majunya perkembangan teknologi nuklir Rusia dapat dilihat dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Kalininskaya, yang dikunjungi oleh WartaTransparansi.com dan dua pewarta Indonesia lainnya pada 30 Maret lalu.
Memiliki lokasi strategis di antara dua kota besar yakni Moskow dan Saint Petersburg, PLTN itu berdiri di lahan seluas 287 hektare di tepi selatan Danau Udomlya.
“Ketersediaan air itulah alasan dipilihnya lokasi ini, untuk membantu mendinginkan sistem PLTN,” kata Pengawas Senior PLTN Kalinin Alexander Shenberger, yang mendampingi delegasi jurnalis Indonesia selama tur yang diagendakan oleh BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom.
PLTN Kalinin memiliki empat pembangkit dengan kapasitas masing-masing 1.000 megawatt (MW). Setelah modernisasi, setiap unit pembangkit dapat memproduksi hingga 1.070 MW listrik.
Sambungan ke jaringan Unit 1 dimulai pada 1984 dilanjutkan dengan Unit 2 pada 1986. Setelah itu, Unit 3 dibangun pada 2004 kemudian Unit 4 pada 2011.
Dengan produksi tersebut, PLTN Kalinin dapat memasok listrik melalui jalur tegangan tinggi ke Tver, Moskow, Saint Petersburg, Vladimir, Cherepovets—atau yang disebut European Part of Russia.
PLTN Kalinin menggunakan reaktor air bertekanan (VVER-1000). Saat ini, reaktor VVER menjadi yang paling unggul dalam hal keamanan dan keandalan, kapasitas unit, serta efisiensi ekonomi.
Keamanan dan keandalan reaktor VVER-1000 telah terbukti dari tak adanya kecelakaan selama sejarah puluhan tahun pengoperasian reaktor jenis tersebut
“Keamanan ialah prioritas nomor satu bagi kami,” kata Kepala Insinyur PLTN Kalinin Ruslan Alyev.
Bangunan PLTN Kalinin didukung oleh lima lapisan keamanan untuk menahan uap panas dan gas radioaktif tetap di dalam reaktor sehingga tidak membahayakan para pegawai, masyarakat, maupun lingkungan sekitar.
Dalam pengoperasian pembangkit, kata Ruslan, 99 persen produk fusi yang dihasilkan dari reaksi nuklir tetap berada di dalam tabung reaktor, sementara 1 persen produk beserta panas dan media lainnya juga tetap tersirkulasi di dalam alat tersebut.
Bangunan containment reaktor itu memiliki tinggi 60 meter, berdiameter 45 meter, dan dilapisi tembok setebal 1,5 meter untuk memastikan tidak ada radiasi yang menyebar ke luar.
Sesuai standar dan hukum keamanan nuklir Federasi Rusia, dampak radiasi di wilayah-wilayah di mana terdapat PLTN tidak boleh lebih tinggi daripada di daerah yang tidak memiliki PLTN.
“Jumlah radionuklida yang dilepaskan ke atmosfer selama pengoperasian normal PLTN diatur dan dikendalikan secara ketat oleh sistem pemantauan,” kata Ruslan.
Sistem pemantauan radiasi otomatis beroperasi di distrik Kota Udomlya. Sepanjang waktu, 17 stasiun pemantau mengirimkan data keadaan situasi radiasi di area lokasi PLTN Kalinin. Informasi ini disiarkan di situs Institut Pengembangan Aman Energi Nuklir dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Bersih dan murah
Nuklir dinilai merupakan sumber energi terbarukan yang paling bersih dan murah.
Sebagai perbandingan, Ruslan memaparkan bahwa energi yang dihasilkan dari 1 kilogram uranium sebagai bahan bakar nuklir setara dengan 100 ton batu bara atau 60 ton minyak.
“Di PLTN Kalinin, 70 ton bahan bakar yang ada di dalam reaktor dapat dipergunakan selama 18 bulan,” kata dia.
Dengan beroperasinya PLTN tersebut, Rusia dapat meminimalisasi emisi karbondioksida hingga 16 juta ton per tahun yang dihasilkan bahan bakar organik.
Dari sisi harga, listrik yang dihasilkan dari PLTN pun tergolong paling murah, yaitu 0,56 rubel/kWh jika dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga bayu (1 rubel/kWh) atau termal (0,97 rubel/kWh).
“Efisiensi dari pembangkit listrik nuklir sangat tinggi,” ujar Ruslan.
Pada 2023, PLTN Kalinin menjadi salah satu PLTN di Rusia yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembangkitan listrik. Kalinin menghasilkan 82 persen dari total listrik yang dibutuhkan di wilayah Tver, salah satu subjek federal Rusia.
Selain berperan besar pada pemenuhan kebutuhan listrik dan pengurangan polusi, PLTN Kalinin juga turut menyokong pembangunan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Keberadaan PLTN tersebut berkontribusi positif pada pertumbuhan populasi dari sekitar 5.000 jiwa pada 1980-an menjadi 30.000 jiwa saat ini.
“Udomlya telah berkembang menjadi kota yang modern. Selama 6 tahun terakhir, kontribusi PLTN Kalinin terhadap pengembangan distrik Kota Udomlya sebesar 1 miliar rubel,” kata Kepala Departemen Komunikasi PLTN Kalinin Svetlana Yuzhakova.
Kontribusi tersebut dipergunakan untuk membangun fasilitas kesehatan, pendidikan, olahraga, serta sosial dan budaya.
PLTN Kalilin juga membuka lapangan pekerjaan bagi lebih dari 3.400 orang serta sekitar 6.500 orang yang bekerja di sektor-sektor pendukung pembangkit tersebut.
Mengglobal
Dalam pembukaan pameran dan forum industri nuklir global ATOMEXPO 2024 yang digelar di Kota Sochi, 25 Maret lalu, Direktur Jenderal Rosatom Alexei Likhachev menyebut bahwa Rusia akan membangun lebih dari 40 unit PLTN dalam 20 tahun ke depan.
Dengan begitu diharapkan pangsa PLTN dalam bauran energi nasional dapat mencapai 25 persen.
Dalam hal transformasi kualitatif, tujuan Rosatom ialah transisi dari reaktor generasi III+ ke generasi IV, dengan diversifikasi skala unit mulai dari kecil, menengah, hingga besar.
“Untuk mencapai tonggak sejarah ini, kita perlu menyelesaikan perdebatan politis tentang baik atau buruknya tenaga nuklir, melakukan dialog profesional yang terbuka, dan menggunakan pendekatan komprehensif terhadap proyek nuklir,” ujar dia.
“Penting bagi ‘anggota keluarga’ nuklir global, termasuk 75 negara yang hadir dalam ATOMEXPO, untuk mengupayakan supaya pengetahuan dan teknologi nuklir tersedia bagi semua orang (di dunia),” tutur Alexei.
Secara global, teknologi nuklir Rosatom telah hadir di sejumlah besar negara seperti Turki, Mesir, India, Bangladesh, China, dan Belarusia. Perusahaan Rusia tersebut juga menjajaki kerja sama dengan negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) RI telah mengundang partisipasi para pelaku industri nuklir global untuk bekerja sama mengembangkan reaktor nuklir generasi IV di Indonesia.
Menurut Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura, reaktor yang paling sesuai untuk dikembangkan di Indonesia ialah yang berpendingin gas suhu tinggi (HTGR) karena sangat aman, ekonomis, dan minimum limbah.
Untuk itu, selama penyelenggaraan ATOMEXPO 2024, dia memaparkan rencana Indonesia membangun teknologi HTGR pebble bed berkapasitas 40MWt yang dinamakan PeLUIt-40.
“Harapannya BRIN dapat melakukan joint development. Kalau untuk teknologi yang BRIN kembangkan, (mitra) yang cocok itu Rosatom (Rusia) atau China,” kata Topan ketika ditemui di sela-sela forum pada Senin (25/3).
Dalam hal ini, BUMN nuklir Rusia itu turut berperan dalam sejarah pengembangan reaktor generasi IV di Indonesia dengan melakukan transfer desain konseptual HTGR pebble bed pada 2015-2016.
BRIN disebutnya telah mengajukan anggaran pengembangan teknologi HTGR kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebesar Rp2 triliun, untuk proses pengerjaan yang diperkirakan sekitar 5 tahun.
HTGR ialah jenis reaktor generasi IV yang mampu beroperasi pada suhu sangat tinggi dan menggunakan gas sebagai pendingin serta grafit sebagai moderator reaktornya. Selain dianggap lebih aman, reaktor tersebut juga mampu menghasilkan panas yang dapat dipergunakan dalam industri, misalnya, untuk produksi gas hidrogen.
Menanggapi peluang kerja sama tersebut, Rosatom menyatakan siap berbagi pengalaman dengan Indonesia dalam pengembangan teknologi nuklir untuk mendukung transisi ke energi bersih.
“Kami percaya nuklir ialah masa depan, karena hanya dengan nuklir kita dapat menghadapi perubahan iklim dan mewujudkan dunia dengan nol emisi karbon,” kata Perwakilan Rosatom di Indonesia Anna Belokoneva, yang ditemui WartaTransparansi.com di sela-sela forum.
Menurut dia, selama ini Rusia telah bekerja sama dengan Indonesia terutama di sektor pendidikan, dengan banyak mahasiswa Indonesia mempelajari teknologi nuklir dan pemanfaatannya langsung di Rusia.
Selain itu, Rosatom secara aktif terus menjalin komunikasi dengan Indonesia dalam hal pengembangan teknologi nuklir, meskipun belum ada diskusi yang mengarah pada kerja sama konkret tertentu.
Saat ini keputusan sepenuhnya berada di tangan Pemerintah Indonesia untuk menentukan apakah Rusia merupakan mitra terbaik yang dipilih untuk mulai memanfaatkan tenaga nuklir guna mendukung kebutuhan listrik di Tanah Air.
0Komentar