Dr. Muchamad Taufiq, S.H., M.H
Jambore Ranting (Jamran) Pandu Praja II Yosowilangan Lumajang Jawa Timur (23-25 Agustus 2024) dibuka oleh Wakil Ketua Kwarcab Lumajang Bidang Orgakum Dr. Muchamad Taufiq, S.H., M.H. (230824). Dalam sambutannya, Taufiq menyampaikan terima kasih kepada Ketua Majelis Pembimbing Ranting (Kamabiran) dijabat Camat Yosowilangun- kak Yudi Prasetyo dan Ketua Kwartir Ranting (KaKwarran)-kak Kholil. Menyelenggarakan Jambore Ranting dengan peserta 1800 anak adalah luar biasa.
Hal ini akan dapat terwujud manakala terdapat kerja sama yang sinergis antara Gugus Depan (Gudep), Pengurus kwarran dan Kamabiran.
Jambore adalah salah satu alat kepramukaan untuk mencetak generasi emas 2045. Tujuan mulia itu akan tercapai jika Ketua Majelis Pembimbing Gugusdepan (Kamabigus) yang memimpin satuan pendidikan kepramukaan terdepan, berkomitmen atas amanah Undang-Undang No. 12/ 2010 tentang Gerakan Pramuka, pasal 33. Kepala Sekolah selaku pimpinan satuan Pendidikan bertugas memberikan bimbingan moral dan organisatoris serta memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan kepramukaan (AD:39).
Sementara Camat yang ex-officio sebagai Kamabiran (ART:52), merupakan perpanjangan tangan pemerintah daerah kabupaten/kota yang bertugas menyelenggarakan pemerintahan di wilayah kecamatan dengan membawahi kelurahan/ desa.
Kamabigus memimpin gudep berbasis satuan pendidikan dan komunitas. Gudep berbasis satuan pendidikan meliputi gudep yang berpangkalan di pendidikan formal. Sementara gudep berbasis komunitas meliputi gudep komunitas kewilayahan, agama, profesi, organisasi kemasyarakatan, dan komunitas lain. Diantara 2.050 warga Jamran Yosowilangun terdapat Gudep Sako Ma’arif NU sebagai peserta.
Majelis Pembimbing adalah badan yang memberikan bimbingan, dukungan dan memfasilitasi penyelenggaraan Pendidikan kepramukaan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Majelis pembimbing memberikan bantuan ketersediaan tenaga, dana, dan fasilitas yang diperlukan untuk pendidikan kepramukaan. Sehingga kemajuan kepramukaan disebuah kecamatan bergantung pada sinergitas Kamabiran, Kakwarran, dan Kamabigus.
Sebagaimana kita ketahui Jambore adalah sebutan salah satu kegiatan besar dalam Gerakan Pramuka.
Jambore adalah ajang pesta bagi Pramuka Penggalang. Jambore berbentuk perkemahan besar yang diselenggarakan oleh Gerakan Pramuka dari tingkat Kwartir Ranting sampai tingkat nasional. Bahkan di duniapun diselenggarakan kegiatan serupa yang biasa disebut Jambore Dunia (World Scout Jamboree). Jambore di dunia berkembang ketika diselenggarakan pada tahun 1920 di Inggris.
Jambore (jamborette) menurut Baden Powel dihubungkan dengan pertemuan pemuda terbesar yang pernah ada. Jambore dalam Gerakan Pramuka didasarkan pada SK Kwarnas No.132/KN/1976 tentang Perkemahan Besar Penggalang. Jambore dititik beratkan pada kegiatan persaudaraan. Dalam jamboree terjadi proses membina dan meningkatkan rasa kekeluargaan, persaudaraan, pengetahuan dan keterampilan para Pramuka yang menarik, sesuai dengan keperluan dan kepentingan anak/pemuda dewasa ini.
Penyelenggaraan jambore ditujukan untuk: menanamkan, memupuk dan mengembangkan rasa cinta pada Tuhan Yang Maha Esa untuk memperteguh keyakinan beragama. Rasa persahabatan/persaudaraan dan jiwa sosial baik antara sesama Pramuka maupun antara Pramuka dan masyarakat, rasa cinta pada alam, bangsa dan negara, serta mempertebal kepercayaan pada diri sendiri, dan jiwa patriotisme untuk menggalang kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Jadi bagi para Pembina Pramuka, wajib memahami makna sebuah kegiatan sebagai alat bukan tujuan semata.
Kwarran Yosowilangun adalah pintu sisi Tenggara Kabupaten Lumajang dari arah Jember. Jamran adalah kegiatan rutin tahunan untuk memperingati Hari Pramuka. Kali ini sebagaimana disampaikan kak Kholil diikuti 90 Gudep SD/MI, SMP/MTs. Peserta Jambore adalah Gen-Alpha yang lahir pada tahun 2010-2024. Mereka adalah generasi pertama yang lahir dan tumbuh dalam era digital yang sepenuhnya terhubung dengan teknologi, internet dan media sosial. Gen-Alpha atau ‘anak-anak milenium’ merupakan generasi termuda saat ini. Mengingat generasi ini masih berada di usia anak-anak, maka karakteristik umumnya masih belum terlihat jelas. Sehingga pola pembinaan yang tepat akan sangat menentukan masa depan mereka.
Gen-Alpha membutuhkan concern bagi orang tua. Dibutuhkan strategi khusus untuk mendidik anak-anak yang lahir pada generasi ini agar mereka menjadi anak yang mahir teknologi namun tetap menghargai nilai-nilai kekeluargaan. Membangun nilai-nilai luhur dalam keluarga. Pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler merupakan jawaban yang paling tepat.
Istilah Penggalang (tingkatan dalam Pramuka) ini dilatarbelakangi semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Semangat Sumpah Pemuda harus menjadi dasar filosofi beraktifitasnya Pramuka Penggalang. Mereka adalah pribadi yang mulai mandiri namun masih tetap membutuhkan kehadiran orang dewasa. Gen-Alpha hadir lengkap dengan segala problematikanya.
Gerakan Pramuka memberikan Pendidikan life skill, soft skill, hard skill, serta dilengkapi dengan kecerdasan SESOSIF yaitu kecerdasan spiritual, Emosional, Sosial, Intelektual, dan Fisik yang menjadi postur ideal seorang Pramuka sebagai generasi pembawa perubahan untuk bangsa Indonesia.
Wajib kita sadari bahwa Undang-Undang menghadirkan seorang Kepala Sekolah sebagai Kamabigus. Siaran pers Nomor: 100/sipers/A6/IV/2024 bahwa Kemendikbudristek memastikan Kepramukaan tetap menjadi Ekstrakurikuler yang wajib disesiakan sekolah. Dirgahayu Gerakan Pramuka. Satyaku kudarmakan, darmaku kubaktikan. Pramuka berjiwa Pancasila menjaga NKRI. (*)
*) Penulis adalah Andalan Nasional Bidang Orgakum, Waka Kwarcab Lumajang Bidang Orgakum, dan Mengajar di Pasca Sarjana ITB Widya Gama Lumajang.
@Ragam Jatim
0Komentar