Di era transformasi pendidikan yang semakin dinamis, peran guru tidak lagi sebatas mengajar di dalam kelas. Guru kini dihadapkan pada tuntutan untuk terus meningkatkan kompetensi diri dan mengembangkan inovasi dalam proses pembelajaran. Transformasi ini bertujuan untuk menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan global, serta menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang cepat.
Untuk mewujudkan ekosistem pendidikan yang adaptif dan inklusif, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupaya memfasilitasi pertumbuhan profesional guru melalui berbagai program, seperti Program Guru Penggerak, Platform Merdeka Mengajar (PMM), PPG Prajabatan, serta seleksi Guru Honorer menjadi ASN PPPK.
Suhaimi, seorang guru di SMPN 4 Kota Bengkulu adalah salah satu dari sekian banyak guru yang berhasil mewujudkan impian menjadi pendidik profesional melalui Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan. Dengan latar belakang pendidikan dan keinginan kuat untuk menjadi guru, Suhaimi melihat PPG Prajabatan sebagai jalan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kompetensinya sebagai pendidik.
Cita-cita Suhaimi untuk menjadi guru sudah lama tertanam. Namun, dengan batas usia untuk mengikuti PPG Prajabatan yang sebelumnya cukup ketat, ia merasa kesempatannya terbatas. Beruntung, model baru PPG Prajabatan memberikan kelonggaran dengan batas usia hingga 32 tahun, yang membuat Suhaimi dapat mengikuti program ini. "Saya lulus PPG Prajabatan berkat model baru ini, dan saya sangat bersyukur karena ini memberikan saya kesempatan untuk mewujudkan impian saya menjadi guru," ucapnya, saat Dialog bersama Dirjen GTK di Bengkulu pada Kamis (15/8).
Selama mengikuti PPG Prajabatan, Suhaimi juga menyebutkan penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai salah satu elemen penting yang dipelajarinya dalam PPG Prajabatan. P5 membantu guru untuk membimbing siswa dalam pengembangan karakter dan nilai-nilai Pancasila melalui proyek nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. "Penerapan P5 ini sangat bermanfaat karena membantu saya tidak hanya mengajar akademis, tetapi juga membentuk karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan," tambahnya.
Praktik baik tersebut juga didapatkan oleh seorang guru di SD IT Iqro Bengkulu, Efri Deplin. Ia telah menunjukkan inisiatif luar biasa dalam memajukan pendidikan di Bengkulu melalui Program Guru Penggerak. Setelah dinyatakan lulus sebagai Guru Penggerak, ia tidak hanya berhenti pada pengembangan dirinya sendiri, tetapi juga berupaya mengajak rekan-rekan sejawat untuk turut serta dalam upaya kolektif meningkatkan kualitas pendidikan.
Efri menyadari bahwa kolaborasi dan saling berbagi pengalaman adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik. Dengan semangat tersebut, ia mendirikan komunitas belajar (kombel) antarsekolah bernama "Guru Penggerak Berbagi". Komunitas ini bertujuan untuk menjadi wadah bagi para guru untuk berbagi praktik baik, ide, dan pengalaman dalam mengimplementasikan pembelajaran yang inovatif dan efektif.
"Setelah saya dinyatakan menjadi Guru Penggerak, saya mengajak teman-teman guru untuk bergabung dalam komunitas belajar yang saya buat. Saat ini, komunitas kami sudah memiliki sekitar 700 peserta," kata Efri, saat menyampaikan pengalamannya kepada Dirjen GTK.
Efri Deplin dengan semangat kolaboratif telah membuktikan bahwa Guru Penggerak tidak hanya menciptakan perubahan pada individu, tetapi juga mampu menggerakkan perubahan di lingkungan sekitarnya. Komunitas Belajar "Guru Penggerak Berbagi" adalah bukti nyata bagaimana inisiatif seorang guru dapat memberikan dampak luas bagi pendidikan di daerahnya.
"Ilmu yang kami dapatkan dari Program Guru Penggerak sangat berharga, dan kami ingin membagikannya kepada rekan-rekan yang lain. Fokus kami adalah membantu teman-teman yang ingin mengembangkan diri dan menjadi pendidik yang lebih baik," jelasnya.
Dampak nyata dari implementasi Program Guru Penggerak juga dirasakan Evad Dwiarti, seorang ibu rumah tangga yang kini aktif sebagai tenaga pengajar di SMPN 3 Kota Bengkulu. Saat ini, Evad masih berjuang sebagai Calon Guru Penggerak yang bercita-cita menjadi Pengawas Sekolah. Evad menunjukkan dedikasi luar biasa dalam upayanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Berawal dari keinginannya untuk meng-upgrade diri, Evad telah mengikuti pelatihan editing video dengan harapan untuk menjadi pengawas di masa depan.
Dalam perjalanan pendidikannya, Evad tidak hanya fokus pada peningkatan keterampilan pribadi tetapi juga pada inovasi dalam metode pengajaran. "Perubahan paling mendasar yang saya rasakan adalah peningkatan kepercayaan diri saya. Dengan keterampilan baru yang saya pelajari, saya menjadi lebih kreatif dalam mengajar," ujarnya.
Pelatihan editing video yang diikutinya telah memberinya kemampuan untuk menciptakan materi pembelajaran yang lebih menarik dan efektif. Evad kini menggunakan berbagai alat digital seperti Canva dan Quizizz untuk menyusun metode pengajaran yang lebih sesuai dengan gaya belajar anak zaman sekarang. "Sebagai guru, saya merasa penting untuk menjadi penyeimbang dan membantu anak-anak dalam belajar IT. Ini juga menuntut saya untuk menyesuaikan metode pembelajaran agar lebih relevan dan menarik bagi mereka," tambah Evad.
Berbagai praktik baik yang telah digambarkan merupakan bentuk komitmen Kemendikbudristek dalam mewujudkan transformasi pendidikan. Transformasi pendidikan ini bukan hanya tentang meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan belajar yang lebih adaptif, inklusif, dan siap menghadapi masa depan.
Guru yang mampu mengajar, meningkatkan kompetensi diri, dan berinovasi akan menjadi kunci dalam menciptakan generasi penerus yang mampu bersaing di kancah global. Dengan demikian, guru tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pemimpin dan inovator dalam dunia pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, @Ragam Jatim
0Komentar