Senjata Tradisional "Clurit" dari Madura
0 menit baca
Ragamjatim.id - "Clurit Madura" atau "Celurit Madura," adalah senjata tradisional dan alat pertanian khas yang dimiliki oleh masyarakat Madura. Clurit merupakan pisau berbentuk sabit yang juga diakui sebagai "sabitan atau beliung," dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian serta dalam seni bela diri Pencak Silat.
Sejarah Clurit
Clurit sejatinya adalah senjata tradisional yang cukup baru dalam perjalanan sejarah warga Madura. Saat menelusuri sejarah ke era kerajaan Madura di bawah pimpinan Prabu Cakraningrat pada abad ke-12 M dan Joko Tole di abad ke-14 M, Clurit belum dikenal di kalangan masyarakat Madura pada masa itu.
Bahkan pada era pemerintahan Panembahan Semolo, putra dari Bindara Saud dan Putra Sunan Kudus pada abad ke-17 M, istilah Clurit dan Budaya Carok belum ditemukan. Pada masa tersebut, senjata yang lazim digunakan dalam perang atau duel satu lawan satu meliputi pedang, keris, atau tombak. Istilah Carok juga belum dikenal di waktu itu.
Munculnya Clurit di Madura diyakini terjadi pada abad ke-18. Pada periode ini, ada sosok dari Madura bernama Sakera. Sakera awalnya merupakan mandor pabrik tebu milik Belanda di Bangil, Pasuruan.
Keberadaan Sakera berbeda dikarenakan hadirnya alat sajam berbentuk arit besar yang kemudian dikenal dengan sebutan Clurit.
Kisah Sakera ini sejalan dengan penelitian De Jonge yang dikutip oleh Latief Wijaya. De Jonge mencatat laporan seorang asisten residen dari Bangkalan, Brest Van Kempen, yang menyatakan bahwa antara tahun 1847-1849, keamanan di pulau Madura sangat memprihatinkan karena hampir setiap hari terjadi kasus pembunuhan.
Berdasarkan data ini, kehadiran Clurit diyakini muncul pada abad ke-18, di mana kerusuhan dan kisah Sakera saling berkaitan. Clurit sangat terkait dengan budaya Madura dan umumnya digunakan dalam cara duel tradisional yang dikenal sebagai Carok. Alat ini juga dianggap sebagai senjata legendaris dan terkadang dipersiapkan untuk pertempuran dengan mantra khusus.
Meski tidak didominasi oleh orang-orang yang sering menggunakan ilmu gaib, masyarakat Madura dikenal melampirkan jenis makhluk mitos yang disebut "khodam" pada Clurit melalui doa sebelum terlibat dalam Carok.
Senjata ini hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, cocok untuk beragam tujuan yang tidak hanya terpaku pada ilmu sihir. Seperti pekerjaan mencocok tanam umumnya atau memotong cabang ringan dari pohon.
Clurit sudah menjadi bagian integral dari gaya hidup pedesaan di Madura, di mana seringkali senjata ini dibawa oleh penduduk untuk aktivitas sehari-hari.
Perkembangan Clurit Madura menampilkan beragam gaya, ukuran, dan berat yang disesuaikan untuk tujuan tertentu dalam budaya Madura. Salah satunya tentunya untuk menangani pekerjaan umum masyarakat sebagai petani di lahannya.
Beberapa Clurit didesain khusus untuk bertani, seperti panen dan merawat ladang.
Sejenis Clurit juga dibuat untuk memangkas cabang ringan dari pohon, sehingga memudahkan aktivitas yang umumnya dilakukan untuk merawat pepohonan subur di Madura.
Variasi pemakaian senjata ini mencerminkan keragaman gaya hidup bertani dan pedesaan yang khas bagi masyarakat Madura, di mana Clurit berfungsi sebagai alat penting dan fungsional. Di samping itu, Clurit juga memiliki makna budaya dalam seni bela diri tradisional Pencak Silat dan bentuk duel khas bernama Carok, yang menunjukkan pentingnya senjata ini dalam warisan dan adat budaya Madura.
Clurit terus menjadi alat penting untuk aktivitas pertanian di Madura dan Jawa Timur. Ini juga berhubungan dengan seni bela diri tradisional Pencak Silat dan gaya duel unik yang dikenal sebagai Carok, yang masih dipraktikkan di beberapa wilayah Madura.
Selain itu, masyarakat Madura dikenal karena kerja keras, keteguhan, dan etika kerja tinggi mereka, yang tercermin dalam praktik pertanian mereka dan pekerjaan lain, seperti penangkapan ikan, perdagangan, dan pembuatan perahu.
Orang Madura pun berbekal reputasi sebagai pelaut handal. Kuliner Madura ditandai oleh penggunaan aktif daging, jagung, serta tingkat keasinan dan kepedasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan masakan regional lainnya di negara ini.
Akhirnya, masyarakat Madura secara dominan beragama Islam dan mengikuti sistem sekte Sunni dari Nahdlatul Ulama, dengan pemuka Muslim memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual dan sosial mereka.(*)